Beranda Judul

Monday 16 July 2012

Setengah Lembar Gadis Senja



Ada beberapa sahabatku di dunia maya yang menanyakan perihal “Gadis Senja” itu. Pertama, “apakah tulisan itu berhubungan dengan kegagalanmu untuk mendapatkan gadis secara nyata?” Kedua, “tulisanmu itu mengingatkanku pada suasana pertemuanku dengannya. Apakah sesuatu gadis itu berhubungan langsung dengan diriku?” Dan yang ketiga, dari mana kau temukan ide tulisan kecil yang cantik seperti itu?”

Dari ketiga pertanyaan itu, ada satu pertanyaan yang membuatku sedikit tersenyum dengan rasa kelucuanku tersendiri. Seperti pertanyaan yang dilontarkan pada pertanyaan yang pertama. Sulit memang untuk menjawabnya, namun pertanyaan itu telah membuatku untuk lebih bersemangat dalam menulis dan berkarya baik itu puisi dan cermin. Ya, setidaknya aku memang sedang menuliskannya hingga saat ini. Tidak ada yang salah mengenai hal tersebut, sehingga mengenai pertanyaan itu adalah sebuah pertanyaan dan jawaban yang secara keseluruhannya telah membuat jawabannya sendiri. Lebih tepatnya di dalam pikiranku sendiri. Tentang cinta, menulis, dan wujud diriku sebagai seorang lelaki yang sangat sederhana.

Lelaki yang sering mempertanyakan tentang seorang gadis, dari pintu ke pintu hatinya. Walau gagal untuk membuka pintu secara senyum dan sekuntum bunga Mawar di tangan kananku, maka aku sebagai lelaki memang harus memperjuangkannya hingga hari ini. Seperti tulisan itu, “Gadis Senja” yang semakin menawarkan imajinasinya secara tersendiri. Dan jika aku membacanya, ada sedikit kegetiran yang membuatku berpikir dua kali untuk sebuah tulisannya. Tentang aku dan tentang sebuah kegagalannya.

Baik secara tegar, maupun secara kesedihannya. Kini, tulisan itu semakin melanglang buana ke sudut-sudut laci pemikiran si pembacanya. Dari sudut pandangnya sebagai wanita atau malahan sebagai wanita yang turut menyertainya sebagai korban rayuan si lelaki tersebut. Dan aku sebagai penulisnya, merasakan hal yang sama seperti yang sedang kalian baca. Tentang cinta itu sendiri. Bahwa, antara rasa cinta dan senja, adalah bukti memperjuangkan untuk rasa saling menjintai tersebut. Di selembar kertas yang sedang kalian baca, walau sampai hari ini aku belum membacanya dalam berbentuk sebuah buku.

* Catatan kecil untuk diriku sendiri

No comments: