Beranda Judul

Monday 9 March 2015

Sajak Batu Giok

 
pertemuan kita
masih mengambang di lorong
sempit ditemani obrolan ringan

“sebelum menuai tua
usahakan mengalirkan sajak
dari tiada menjadi ada”
nada bicara menjadi lamban

serpihan kecil berdebu
telah sulit bernafas lega
membuatku sedikit enggan bercerita

suara rintihan hatinya
terdengar dari sudut pertokoan
pejalan kaki melirik hijau
dikabarkannya pertemuan kita
berlanjut melepas lelah
di Ulee Kareng

“kupinang kau
dengan batu giok aceh”
candaan doa lembut penjual
di pinggiran kota bekumpul
merebut sesuap nasi

2014
 
Minggu, 8 Maret 2015
 
 

Mata Meja


setiap bertemu
terhenti sebait sajak
kusut tumpukan ilalang
warna kuning di bola matamu

sudut meja tanpa kursi
letak gelas buku tulis
kertas belanjaan selesai tanpa hutang

pintu berderit lamban
angin mengabarkan kehilangan
sehelai alis mata tergelincir tumpah
segelas lemon tea sebelum mengering

“cerita mengalir deras bercampur
roti putih tanpa selai dan pisau”
obrolan basi pengantar kata
dipaksa membunuh waktu

matahari melingkarkan makan siang
disertai selembar berita kehilangan
2014

Minggu, 8 Maret 2015