Komunitas Kanot Bu
Seperti biasanya. Mengambil pensil kayu yang telah menjadi sajak kecil. Pernah membuatku merasa tertawa sendiri. Ada sentuhan takjub yang tak pernah aku pikirkan sebelumnya. Dan pada saat seperti itulah, aku menamainya "Pensil Kayu" yang malu-malu aku tuliskan ke word untuk aku kirimkan ke email redaktur budaya di koran lokal. Dan tak terkhira, akhirnya puisi itu menghiasi lembarannya. Puisi itu menegurku dengan sentuhan goresan batinya. Ada "aku di sini," sahut kecilnya memanggilku.
Ada tidaknya aku, bagiku komunitas inilah yang telah membesarkan namaku. Bergabung bersama teman-teman seperjuangan yang pagi-pagi harus berangkat ke kampus. Menimba ilmu mengenai Bahasa Indonesia. Dan tak pernah merasa letih, jika harus berjalan kaki yang berjarak antara 2 kilo menuju Simpang Lima. Kemudian naik Damri untuk bisa sampai ke kampus. Pengalaman yang masih aku hadapi hingga hari ini. Semoga aku masih runcing tentang tapak kaki sehitam pensil kayu itu.
2012
No comments:
Post a Comment