Beranda Judul

Sunday, 21 December 2014

Tanah dan Batu

Tanah dan Batu
Deddy Firtana Iman

adalah unsur tubuh
diam-diam teramat sunyi
oleh zat penawar rasa ingin tahu
maka dari itu kita hilang penglihatan
dari sudut jendela dengan bau bunga
di sandaran pot bunga kasturi

semakin lama ia pun
bergelombang di ambang pintu
telinga sebelah kiri

serta bebatuan dari langit
mulai merebahkan jari-jarinya
sambil mengejar telapak kaki
di tempat kita sering memenjarakan waktu

untuk tidak merasa bersalah
kita menguburnya dan menyalahi
aturan yang kita sampaikan sendiri
dari telinga ke telinga

2014


Sumber:  Serambi Indonesia  
Minggu, 21 Desember 2014


Tarian dan Air

Tarian dan Air
Deddy Firtana Iman

pagi yang cerah tanpa angin

burung-burung pun
telah singgah di tempat terasing
tanpa dahan dan dedaunan
yang jikalau diingat
kemarau telah menyapa bulu
kekuningannya

segala tubuh telah disiapkan

kepada batu dan tanah
serta ingatan tertunda
pada desahan langkah kaki
di persimpangan jalannya
sempat dialiri kapal-kapal ikan
serta teriakan manusia-manusia
turut menyesakkan pikiran
kosong tanpa tujuan

"bermain bersama air

 dan kau mulai menari
 tanpa pakaian dan tariannya
 sulit diartikan dengan irama
 yang sempat kumainkan
 sebelum pintu kamar terkunci
 oleh waktu."

di sini

tarianmu telah dimainkan
oleh anak-anak penunggu hujan
atau sambil bermain bola kaki
untuk sekedar menyatu bersama alam

2014

* Deddy Firtana Iman, bergiat di Komunitas Kanot Bu. Buku puisinya yang telah terbit Menerka Gerak-gerik Angin (2013)
Sumber:  Serambi Indonesia
Minggu, 21 Desember 2014


Sunday, 2 November 2014

Kasur Setengah Abad



Kasur Setengah Abad
Karya Deddy Firtana Iman

Tumbuh pohon kasur di bumi rencong.
Kapas-kapas tua dan biji berwarna hitam
merangkul sekeluarga di bawah langit.
Desahan napas tak muncul, melangkah
keringat pun kau anggap teguran nafkah.
Dingin, kusam, bau tubuh dalam tanah
adalah doa-doa lembut yang merajut nestapa
tanpa air. Meludah mengering ingatan
janji hidup dalam perapian tungku hitam.
Enggan menciptakan beranak kehidupan.
Sehingga tapak tangan nyaris mati
pada garis ladang gandum berisi lumpur.
Seperti rautan waktu mengikis ketakutan,
melawan bayangan takdir membatas kesuraman.
Pagi tanpa akal. Tunduk setengah abad.
Jujur, kau berkata; “Kita belum makmur!”

2014

Sumber: Serambi Indonesia,  02 November 2014


Pikiran Sempit



Pikiran Sempit
Karya Deddy Firtana Iman

Ratapan takdir kekonyolan setiap kepala
mendekat ikut makmur di ucapannya,
berangsur dari kabar burung di udara
menyiasati mulus naiknya harga minyak.
Bibir tipismu berkoar menaikkan kemakmuran
ingin memastikannya maka kuikuti seruan masa
memastikan lingkaran makmur berada di mana
dan bukan menangisi rasa sesal tentang kehidupan.
Bukan pula menghakimi penimbunan kemiskinan
tetapi tentang kebobrokanmu pemikiran
yang tersendat di tenggorokanmu.

2014

* Deddy Firtana Iman, bergiat di Komunitas Kanot Bu Banda Aceh.

Sumber: Serambi Indonesia,  02 November 2014


Monday, 4 August 2014

Lhok Keutapang

Lhok Keutapang

Lhok Keutapang, awal bulan Januari 2012. Kami singgah untuk menyambut pergantian tahun 2011 menuju 2012. Bersama dengan teman-teman Kp Mulia, Banda Aceh.
Seperti biasanya, anak muda di sini seumuran saya tidak lengkap rasanya kalau belum singgah ke tempar-tempat pemandangan yang indah tentunya juga bisa dibilang hanya beberapa orang saja yang bias singgah ke Lhok Keutapang. Pertama, jalur medan yang melelahkan dan yang kedua, sulitnya mendapatkan air bersih.
Berikut saya sertakan foto-foto tentang perjalanan kami yang sungguh menyenangkan ini kepada pembaca yang budiman:


Foto ini, ialah tempat perhentian pertama atau kami menyebutkannya posko pertama. Di tempat ini kita melepaskan kelelahan yang sebelumnya banyak menguraskan tenanga yang besar. Maksudnya, medan pendakiannya lumayan terjal dari awal pendakian sampai ke tempat posko perama ini. Posko ini memang milik warga sekita yang hanya ditumbuhi pohon mangga, nangka dan belimbing. Lumayan luas untuk kita menetap untuk sesaat. Jadi, kita diwajibkan untuk beristirahat sambil melihat pemandangan di sekitar yang terlihat keseluruhan pantai dan rumah-rumah warga di sekitarnya.

Keadaan sudah mulai membaik, ada sedikit kabut di daerah sekitar tapi jarak pandangnya luamayan cukup jauh.dan terpaksa kami singgah untuk beberapa waktu tepat di tempat tumbangnya pohon yang sudah tua atau memang tumbang sendiri menurut kata mereka berdua.

Sesampai di kawasan Rock Stay atau sering disebutkan Batu Peristirahatan untuk tinggal sementara. Sesuai dengan namanya yang dikelilingi dengan batu berjarak  sampai 50 meter hingga ke atasnya. Dan tentunya ini adalah posko kedua dimana kita wajib beristirahat dengan ditemani angin yang lumayan kencang di sini dan juga sebagai Pintu Angin Lhok Keutapang.

Kita mulai berjalan lagi kira-kira 15 menit untuk sampai ke posko ketiga dari Rock stay yang kedua. Di kawasan ini kita wajib berhati-hati sebab ada jurang di sebelah kanan dan juga ada batu yang berlumut jika kita mengikuti jalurnya. Untuk mengurangi kekurangan air, di sekitas sini ada beberapa Akar Arwana yang bias kita minum airnya. Lumayan untuk menambah stamina di perjalanan.






Kita sampai di posko ketiga. Tempat berakhirnya perjalanan yang melelahkan itu. Sebab jalur ke bawahnya sudah mulai menurun kira-kira 1 jam perjalanan. Di tempat ini, airnya tersedia menurut cua. Jadi sebelum melakukan perjalanan kita harus mengetahui cuacanya. Kalau keadan cuaca diringi hujan selama seminggu, kemungkinan airnya banyak dan cukup untuk masak dan sambil mandi. Di kawasan ini, ada jurang di tempat mengalirnya air jadi dilarang duduk di batu takutnya terjun bebas ke bawah yang jaraknya  sekitar 7 meter.




Ilalang yang sangat luas, sangat luas sekali sehingga kita bisa bermain bola di kawasan ini. Tentunya kalau mau menebas keseluruhan ilalang yang ada di sekitar sini. Dan batu yang ada di kawasan ini cuma ada satu namanya Rock Stail (Batu Bergaya) untuk mengambil gambar pertanda baru sampai dan waktunya ingin pulang. Jdi disarankan untuk mengambil momen penting di sini.






Waktunya pemasangan tenda untuk mengingap semalam di Lhok Keutapang dan kali ini kami menginap di dekat Rock Miss You (Batu Merindukan Kamu). Sesuai juga dengan namanya. Batu ini menghadap ke arah pantai seolah-olah dia sedang merindukan kekasihnya atau merindukan bulan di malam hari. Jadi, kami menginap di samping batu itu. Ada dua batu besar di kawan itu, tapi tempat kami menginap ini hanya ada satu batu dan yang satunya lagi ada di tengah-tengah yang tidak jauh dari tempat kami menginap.
Terkadang, angin di sini cukup kencang ketika di malam hari. Jadi disarankan kita memasak sebelum hari untuk perbekalan makan malam. Untuk urusan kayu, di kawasan ini cukup banyak jadi kita juga bis mengambilnya untuk memasang esok harinya.
Makanan yang aku sarankan untuk malam pertama itu mie rebus dan nasi pakai telur dadar dan tentunya kopi dan roti sebagai pelengkap obrolan santai di malam hari. Esok paginya kita makan bubur kacang hijau dan nasi goreng atau empe goreng untuk mengindari dehidrasi. Jangan memakan mie rebus secara berlebihan. Itu hanya makanan sederhana dariku dan kelengkapannya bias kalian tambahkan menurut isi kantong perkelompok kalian.









Waktu untuk santai sambil menunggu malam. Kita bias memancing atau sekedar duduk santai sambil menikmati pemandangan di sekitar Lhok Keutpang yang kira-kira seluas setengahnya Lam Puuk. Ada tempat-tempat asik untuk bersantai di sini seperti di dekat tebing atau hanya berjalanan santai sambil mencari kerang yang banyak bertburan di tepi pantainya. Atau sekedar untuk mandi.





Waktunya pulang. Siapkan semuanya perbekalan yang ingin dibawa pulang dan jangan lupa menyiapkan air untuk bekala pulang. Dan singgah lagi di makan siang di tempat air posko ketiga.semoga menyenangkan dan sampai bertemu dilain kesempatan…..