Beranda Judul

Monday, 16 July 2012

Ornamen Luka

Kerap kita disuguhkan kendala memancing ikan di danau yang tak berisik airnya. Kemungkinan kita akan mengatakan, "mau ngapain di situ untuk jangka waktu yang lama." Sekurang-kurangnya tiga atau empat jam untuk mendapatkan hasil yang memuaskan. Ini masih anggapanku sebagai seorang lelaki yang sabar menunggu ikan itu untuk dibawa pulang. Sebut saja, ia adalah sebuah harapan kecil, sesuatu yang ingin dinikmati di antara jamuan makan malam.

Sebatang lilin telah dinyalakan dan sebuah harapan kecil itu hanyalah hisapan jempol dengan tulang dan kepala ikan yang masih tersisa di atas piring. Kau tentu beranggapan, kalau aku hanya menghasilkan seekor ikan besar. Sebab, aku menikmatinya seorang diri di malam ini.

Sebuah harapan telah pergi di malam ini, semoga tidak untuk di malam yang lainnya.

Keinginan itu semakin menjadi-jadi, ketika pada siang hari. Aku memasuki ruang penyimpanan berbagai macam barang yang sudah lama tidak kugunakan. Ada beberapa pekakas tentang alat-alat pancing, kursi lipat, tempat pemanggang ikan, jeringen minyak dan senter ukuran besar. Semuanya masih bisa kugunakan, sebab keselurahannya memang aku bungkus memakai kertas koran dan dilapisi dengan plastik. Sehingga aku benar-benar bisa menggunakannya lagi.

Kali ini, jam telah menunjukkan ke angka enam. Keadaan yang memang sangat disukai oleh orang-orang untuk berpergian keluar rumah, lagipula cuacanya sangat bagus. Ini adalah cuaca kegemaran Te Cang, sahabat karibku. Apa kabar dia, semoga dia juga telah menyiapkan berbagai keperluan untuk memancing di malam ini.

***

Suasana di malam ini telah dipenuhi lampu di berbagai sudut yang telah ditentukan untuk memancing. Tapi, aku belum melihat Te Cang dan kendaraan bututnya di tempat parkir. Di mana dia, ini sungguh di luar dugaanku. Ketepatan janjiku padanya telah kukabarkan tadi sore, kalau aku harus singgah ke toko alat pancing dan membeli bekal beberapa cemilan dan tentunya dua bungkus rokok kesukaannya.

Bersambung…

No comments: