Pengirim Ayu Ira Kurnia Marpaung
Jumat, 27 Maret 2009
Uang Rakyat
Tersenyumlah dengan kemewahan
Bangga akan kemenangan
Harta kekayaan demi kekuasaan
Uang rakyat dan penindasan
Kami tertindas
Merasakan terhempas
Oleh penguasa yang beringas
Pejabat duduk hingga puas
Semuanya serba pas
Hingga rakyat tewas
Lalai akan tugas
2009
Dimuat Gemasastrin PBSID pada Februari 8, 2009
Komentar untuk puisi di atas cukup singkat, padat , dan jelas maknanya. Tidak beda dengan apa yang sekarang telah terjadi pada Negeri saat ini. Pemerintah, pejabat tinggi, atau penguasa sekalipun “lalai akan tugas”. Terlalu menikmati kekuasaan yang diperoleh karena rakyatnya sendiri.
Kami tertindas
Merasakan terhempas
Oleh penguasa yang beringas
Pejabat duduk hingga puas
Semuanya serba pas
Hingga rakyat tewas
Lalai akan tugas
Bait demi bait yang di atas seharusnya mampu membuat mereka sadar. Mereka itu beringas, buas, seperti ingin menerkam mangsa. Bukankah mereka dipilih untuk mensejahterakan rakyat, bukan sebaliknya. Semoga setiap goresan anak Negeri lambat laun akan membuat pemimpin, penguasa, pejabat, dan pemerintah sadar akan apa yang mereka buat.
Buat penulisnya sukses terus ya, semua puisinya keren. Tapi ini yang paling saya suka karena menggambarkan situasi Negeri saat ini. Happy birthday, semoga setiap jejak tintanya bermanfaat buat orang lain ^_^
Nama : Ayu Ira Kurnia Marpaung
No. Hp : 0821-6495-****
__________________________
Pengirim Keep Smile Azizah
bg , maaf jika lancang...
demi keinginan mengikuti event yang abang buat ... berhubung email saya sedang bermasalah...sya putuskan untuk mengirimnya lewat inbox saja
maaf tidak mengikuti aturan , terima kasih atas pengertiannya . salam pena
Selembar kertas putih
Oleh : Deddy Firtana Iman
Kursi pun memanggil potongan rambut
Tertahan di bawah dagu.
"Ada tahi lalatmu!"
Di sela-sela obrolanmu.
"Wajah tertata bersama kelas penghuni 37."
Hingga kini, penyair mundur melafalkan
nada oktaf yang tinggi, mempertemukan kita.
Pada dinding dunia maya.
Ketikan sapaan "apa kabar!"
Dan aku tersenyum melirikmu
di dalam ruangan tersembunyi
oleh sketsa gunung dan persawahan
sama-sama mempertanyakan nilai seninya.
Sesulit menentukan pekerjaan rumah
2+2=4 telah menjadi ornamen selepas
matahari terbit di atap segi empat
Sambil menikmati es lilin mencair
oleh waktu yang disisakan
di jam 12.
Bel sekolah telah berbunyi
Ada kesukaanku di situ.
Sketsaku mulai menentukan
Warna; perjalanan tentang pertemuan ini.
Aku berdiri dua warna; di dekat sawah.
Dan kau duduk di bawah pohon cemara.
"Kapan kau lukiskan wajahku!"
Atau "Mewarnai pintu kelas menutup mimpi ini."
Setiap waktu dikunyah oleh selembar kertas.
Tanpa berhenti hingga sekarang.
Sehingga aku sulit mengenal warnamu;
"Senyum itu ada di mana?"
2012
* Foto dari Yusra Amalia. Teman semasa SD.
"Titik Temu di Antara Dua Titik"
Komentar : diksi yang di gunakan begitu bagus , dan imajinasi penulis sangat tergambar pada kata-kata sederhana menjadi kaya. Seperti pada kata : Pada dinding dunia maya.
Ini di maksudkan untuk facebook atau jejaring social lainnya.
2+2=4 telah menjadi ornamen selepas
matahari terbit di atap segi empat
banyak bait yang menerka-nerka pembacanya , lucu dan menarik sekali
alasan memilih puisi ini : gaya bahasa yang jarang di temui dan kosa kata baru bagi saya . puisinya mengalir dengan sempurna
pada- selembar kertas putih penulis menuangkan segala imajinya , melukis wajah seseorang yang ada dalam benaknya .
azizah nur fitriana
Hp : 085763970***
_______________________
Komentar dariku secara pribadi:
Sebenarnya aku merasa bingung atau aku sendiri yang salah menuliskannya pada poin 3. Silahkan dicari judul dan puisi yang kamu sukai, terutama yang dimuat di Koran saja.
Namun, yang mengirimkannya hanya dua orang. Seperti Ayu Ira Kurnia Marpaung, menyukai puisi yang berjudul "Uang Rakyat". Puisi itu sebenarnya hanya dimuat di situs internet dan bukan di koran. Dan Keep Smile Azizah, juga menyukai puisi yang ada di catatan facebook.
Mengenai masalah kesalahan itu. Jadi tidak ada salahnya jika pulsa itu aku berikan saja untuk kalian berdua. Walau ketentuannya tidak diakui kebenarannya, namun karena aku menilai dari hasil semangat kalian untuk bisa ikut dan daya semangat untuk bisa menghargai karya orang lain dengan segenap jiwa kalian. Hanya itulah yang aku sukai dari diri kalian secara pribadi.
Aku secara pribadi juga mengucapkan banyak terima kasih untuk kalian, untuk waktu, apresiasi puisi dan ucapannya juga yang selama ini hanya kukenal di dunia maya saja. Semoga tetap sehat selalau di sana ya.
Salam dan tetap semangat berkarya!
*Silahkan dibaca di pesan FB, kepada dua nama yang disebutkan... Terima kasih.. :)
Foto darinya Surya D. Syarief... :)