Oleh Dimas Arika Mihardja
DARI A – Z NAMA PENYAIR YANG TERPILIH DALAM BUKU JEJAK SAJAK
Luar biasa! Inilah yang patut dikemukakan sebagai sebentuk apresiasi atas inisiatif menerbitkan buku JEJAK SAJAK, Sehimpun Puisi Generasi Kini. Buku kedua setelah SENJA DI BATAS KATA, Antologi Puisi Karya Penyair Nusantara Raya, untuk milad DAM, kini tengah diproses buku kedua. Jika buku perdana dikuratori sendiri oleh DAM (sebagai sebentuk rasa syukur milad ke-52, yang dihadiahi banyak puisi dari sahabat di seluruh penjuru nusantara raya), buku JEJAK SAJAK dikuratori oleh tim yang terdiri dari Arsyad Indradi (Banjarbaru, Kalimanatan Selatan), D Kemalawati (Banda Aceh), dan Dimas Arika Mihardja (Jambi).
Arsyad Indradi, Penyair Gila, Blogger, dan dedengkot berkesenian di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, penyair Gaek ini telah berkarya sejak tahun 1970-an hingga saat ini. Satu kegilaannya yang terkenal senusantara ialah menerbitkan buku super tebal berjudul 142 Penyair Menuju Bulan, yang diterbitkan sendiri mulai dari pengumpulan naskah, pengetikan, layout, desain cover, mencetak, menjilid hingga pendanaannya dan distribusinya ke seluruh kawasan nusantara. Reputasi dan dedikasi lelaki Banjar ini tak diragukan lagi. Matanya selalu melototi puisi hingga larut malam. Terus bergumul dengan puisi hingga usia 60-an tahun, ngluyur dari kota ke kota hanya ngurusi puisi dan blog dan berkesian.
D Kemalawati, wanita ini kusebut sebagai Cut Nyak Dhien di jalur perjuangan melalui sastra, teater, dan berbasis budaya. Melalui LaPena, sebuah organisasi sosial-budaya yang memberikan kontribusi nyata bagi tumbuh dan berkembangkan riak-riak dan gerakan berkesenian sastra, teater, penerbitan, dan kegiatan sosial lainnya. Banyak penyair “besar” negeri ini telah dan betah dilayani di rumahnya di Banda Aceh seperti Rendra, Putu Wijaya, Tardji, Zawawi Imron, Ahmadun Y Herfanda, dan tamu-tamu dari manca negara selalu diajak singgah di rumahnya (Tahun lalu kami berdua bersama budayawan Malaysia dijamunya dan bulan ini ia menjamu sastrawan Australia ). Wanita tanpa pamrih ini bersedia menjadi kurator di tengah kesibukannya yang luar biasa. Kesuksesan Temu Sastrawan Indonesia V di Ternate, tak luput dari kesertaannya sebagai kurator bidang puisi. Aktivitas dan produktivitasnya seabreg banyaknya. Guru matematika di SMK Banda Aceh ini, tersesat ke jalan yang benar saat memilik sastra—puisi sebagai pengucapan perjuangannya memanusiakan manausia. Tak salah lagi jika dedikasi wanita ini sungguh luar biasa, apalagi bersedia memeriksa ribuan puisi yang harus diseleksi untuk buku JEJAK SAJAK.
Dimas Arika Mihardja, (hehehehe apakah yang dapat kutulis untuk diriku sendiri selain sebagai pencinta puisi saja?) atau cukuplah disebut sebagai Direktur Eksekutif Bengkel Puisi Swadaya Mandiri yang kini kita huni bersama sebagai wadah yang memiliki kepedulian untuk kemajuan dunia perpuisian lewat visi saling asaah-asih-asuh. Buku ini, hanyalah sebentuk nyata kecintaan saya di dunia perpuisian.
Terkait dengan kuratorial perlu disampaikan di sini, seleksi puisi atas dasar kriteria (1) kebaruan ungkapan, (2) orisinalitas, (3) kepaduan, (4) intensifikasi, dan (5) musikalitas.
Dari masa ke masa, kebaruan ungkapan (ekspresi) senantiasaa menjadi tumpuan dalam menyeleksi puisi, sebab dengan kebaruan ungkapan akan dibuahkan estetika puisi. Selanjutnya, orisinaalitas penting dijadikan acuan dalam seleksi, mengingat kasus plagiasi juga tumbuh dari masa ke masa—meski tak gampang mengurusi soal plagiasi ini. Aspek lain yang tak bisa ditawar-tawar dalam seleksi puisi ialah kepaduan, intensifikasi, dan musikalitas. Tiga aspek yang disebut belakang itu menjadi ciri penanda kuat-lemahnya puisi.
Mmungkin saja dengan penerapan kelima kriteria itu lalu ada beberapa nama penyair yang puisinya belum terseleksi alias lolos untuk dibukukan. Hal ini tentulah merupakan kewajaran dalam konteks proses pembelajaraan. Namun harus pula dikemukakan di sini, bahwa program penerbitan buku puisi (dan esai) di masa datang akan retap menjadi prioritas. Bagi mereka yang berlum punya kesempatan bergabung dalam buku ini, harapan kami bisa berbesar hati dan bersabar menanti edisi penerbitan berikutnya.
Siapakah nama-nama penyair yang terseleksi? Inilah nama penyair dan kota domisilinya.
Kepada warga BPSM diminta dengan suka rela membeli buku ini, jika berkehendak meneruskan tradisi penerbitan buku di masa depan. Lantaran penerbitan buku ini dana awalnya bersifat swadaya mandiri (dari DAM), kiranya mohon dimaklumi jika apresiasi warga BPSM berupa turut membeli produksi buku BPSM merupakan tumpuan harapan kami. Artinya, melalui proses yang wajar dan benar, kiranya tradisi atau kebiasaan meminta buku secara gratis hendaknya kita kikis. Puisi yang belum terseleksi tetap disimpan dalam dokumen dan kelak disertakan dalam seleksi untuk website. Terima kasih atas pengertian dan kerja sama untuk memajukan BPSM. Bersama kita dapat melakukan kebaikan dan kebajikan bagi sesama seraya berharap masing-masing memiliki kemandirian dan pribadi yang berkarakter baik.
Salam Puisi
Tim Kurator
Arsyad Indradi
D Kemalawati
Dimas Arika Mihardja
Sumber: Bengkel Puisi Swadaya Mandiri
Gambar: Haris Fadhillah
Arsyad Indradi, Penyair Gila, Blogger, dan dedengkot berkesenian di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, penyair Gaek ini telah berkarya sejak tahun 1970-an hingga saat ini. Satu kegilaannya yang terkenal senusantara ialah menerbitkan buku super tebal berjudul 142 Penyair Menuju Bulan, yang diterbitkan sendiri mulai dari pengumpulan naskah, pengetikan, layout, desain cover, mencetak, menjilid hingga pendanaannya dan distribusinya ke seluruh kawasan nusantara. Reputasi dan dedikasi lelaki Banjar ini tak diragukan lagi. Matanya selalu melototi puisi hingga larut malam. Terus bergumul dengan puisi hingga usia 60-an tahun, ngluyur dari kota ke kota hanya ngurusi puisi dan blog dan berkesian.
D Kemalawati, wanita ini kusebut sebagai Cut Nyak Dhien di jalur perjuangan melalui sastra, teater, dan berbasis budaya. Melalui LaPena, sebuah organisasi sosial-budaya yang memberikan kontribusi nyata bagi tumbuh dan berkembangkan riak-riak dan gerakan berkesenian sastra, teater, penerbitan, dan kegiatan sosial lainnya. Banyak penyair “besar” negeri ini telah dan betah dilayani di rumahnya di Banda Aceh seperti Rendra, Putu Wijaya, Tardji, Zawawi Imron, Ahmadun Y Herfanda, dan tamu-tamu dari manca negara selalu diajak singgah di rumahnya (Tahun lalu kami berdua bersama budayawan Malaysia dijamunya dan bulan ini ia menjamu sastrawan Australia ). Wanita tanpa pamrih ini bersedia menjadi kurator di tengah kesibukannya yang luar biasa. Kesuksesan Temu Sastrawan Indonesia V di Ternate, tak luput dari kesertaannya sebagai kurator bidang puisi. Aktivitas dan produktivitasnya seabreg banyaknya. Guru matematika di SMK Banda Aceh ini, tersesat ke jalan yang benar saat memilik sastra—puisi sebagai pengucapan perjuangannya memanusiakan manausia. Tak salah lagi jika dedikasi wanita ini sungguh luar biasa, apalagi bersedia memeriksa ribuan puisi yang harus diseleksi untuk buku JEJAK SAJAK.
Dimas Arika Mihardja, (hehehehe apakah yang dapat kutulis untuk diriku sendiri selain sebagai pencinta puisi saja?) atau cukuplah disebut sebagai Direktur Eksekutif Bengkel Puisi Swadaya Mandiri yang kini kita huni bersama sebagai wadah yang memiliki kepedulian untuk kemajuan dunia perpuisian lewat visi saling asaah-asih-asuh. Buku ini, hanyalah sebentuk nyata kecintaan saya di dunia perpuisian.
Terkait dengan kuratorial perlu disampaikan di sini, seleksi puisi atas dasar kriteria (1) kebaruan ungkapan, (2) orisinalitas, (3) kepaduan, (4) intensifikasi, dan (5) musikalitas.
Dari masa ke masa, kebaruan ungkapan (ekspresi) senantiasaa menjadi tumpuan dalam menyeleksi puisi, sebab dengan kebaruan ungkapan akan dibuahkan estetika puisi. Selanjutnya, orisinaalitas penting dijadikan acuan dalam seleksi, mengingat kasus plagiasi juga tumbuh dari masa ke masa—meski tak gampang mengurusi soal plagiasi ini. Aspek lain yang tak bisa ditawar-tawar dalam seleksi puisi ialah kepaduan, intensifikasi, dan musikalitas. Tiga aspek yang disebut belakang itu menjadi ciri penanda kuat-lemahnya puisi.
Mmungkin saja dengan penerapan kelima kriteria itu lalu ada beberapa nama penyair yang puisinya belum terseleksi alias lolos untuk dibukukan. Hal ini tentulah merupakan kewajaran dalam konteks proses pembelajaraan. Namun harus pula dikemukakan di sini, bahwa program penerbitan buku puisi (dan esai) di masa datang akan retap menjadi prioritas. Bagi mereka yang berlum punya kesempatan bergabung dalam buku ini, harapan kami bisa berbesar hati dan bersabar menanti edisi penerbitan berikutnya.
Siapakah nama-nama penyair yang terseleksi? Inilah nama penyair dan kota domisilinya.
- Agus Harpe (Tangerang),
- Enrique Ayyas Camarena (Andri Purwoko) (Solo)
- Asmara Edo Kusuma (Kairo),
- Astry Maniez (Hongkong),
- Belia Sby (Wonosobo),
- Buana Kembara Senja (Bungo),
- Deddy Firtana Iman (Banda Aceh),
- Deri Hudaya (Bandung),
- Dian Hartati (Bandung),
- Dicky Usman (Bogor),
- Dien Makmur (Sukabumi),
- Endang Supriyadi (Depok),
- Frid Dacosta (NTT),
- Gendi Ratna (Jambi),
- Gita Romadona (Depok),
- Gustav Triono (Purwokerto),
- Hasan Bisri Bfc (Bogor),
- Husni Hamisi (Makassar),
- Ibeth Beth-i (Subang),
- Ibnu Din Assingkiri (Malaysia),
- Jhon F.S. Pane (Kotabaru, Kalsel):
- Ken Fitria (Purwodadi):
- Laila Fajriyanti (Jambi),
- LK Ara (Banda Aceh),
- Larasati Sahara (Lhokseumawe),
- Lutfi Mardiansyah (Sukabumi),
- Mahbub Junaedi (Brebes),
- Maidatul Latifah (Jambi),
- Malam Gerimis (Bungo),
- Mawaidi D. Mas (Jogya),
- Moh. Ghufron Choilid (Madura),
- Mohammad Rois Rinaldi (Banten),
- Nabila Dewi Gayatri (Surabaya),
- Nani Mustikasari (Bogor),
- Nita Pramuasih (Jambi),
- Novita Sari (Jambi),
- Pidri Esha (Ambarawa),
- Puja Sutrisna (Boyolali),
- Rahayu Wiluijeng (Semarang),
- Ratna Dewi Barrie (Bandarlampung),
- Ria Saktriyana (Jambi),
- Rika Masrikawati (Jambi),
- Rizki Salamah (Jambi),
- Romyan Fauzan (Bandung),
- S. Iqram (Malaysia),
- Srikandi Darma Aloena (Surabaya),
- Sri Wintala Achmad (Cilacap),
- Tuti Nurhidayati (Jambi),
- Udin Sape Bima (Mataram),
- Wahyu Elli Rahmawati (Jambi),
- Wahyu Wibowo (Indralaya)
- Wild Dove (Hongkong),
- Windu Mandela (Sumedang),
- Wiwiq Siswarahardja (Jakarta),
- Yupnical Saketi (Jambi),
- Zidni Arfia Rahman (Bandung), dan
- Zup Dompas (Pekanbaru)
Kepada warga BPSM diminta dengan suka rela membeli buku ini, jika berkehendak meneruskan tradisi penerbitan buku di masa depan. Lantaran penerbitan buku ini dana awalnya bersifat swadaya mandiri (dari DAM), kiranya mohon dimaklumi jika apresiasi warga BPSM berupa turut membeli produksi buku BPSM merupakan tumpuan harapan kami. Artinya, melalui proses yang wajar dan benar, kiranya tradisi atau kebiasaan meminta buku secara gratis hendaknya kita kikis. Puisi yang belum terseleksi tetap disimpan dalam dokumen dan kelak disertakan dalam seleksi untuk website. Terima kasih atas pengertian dan kerja sama untuk memajukan BPSM. Bersama kita dapat melakukan kebaikan dan kebajikan bagi sesama seraya berharap masing-masing memiliki kemandirian dan pribadi yang berkarakter baik.
Salam Puisi
Tim Kurator
Arsyad Indradi
D Kemalawati
Dimas Arika Mihardja
Sumber: Bengkel Puisi Swadaya Mandiri
Gambar: Haris Fadhillah
No comments:
Post a Comment