Beranda Judul

Wednesday, 5 December 2012

Baju Almamater


Baju Almamater
Karya Deddy Firtana Iman

Asap mengepul ke udara
Di jalan waduk, Lhokseumawe
Sejumlah poster bertuliskan:
“Fakultas siluman dan ilegal,
Telah menipu mahasiswa!”

Pembakaran telah menghitamkan
Pemandangan di sudut jalan

Si kacamata tebal pun diseret
Dari ketenangannya
Lalu dengan tenang:
"Jangan tanyakan, saya melaksanakan
Tugas setelahnya."

Tangisanku pun menerawang
Bersama burung, menetap di ruang tamu

Ibu dan Ayah
Sawah yang mana lagi kau jadikan
Bekal untukku
Sementara aku di sini
Terbujur kaku tanpa ijazah

2012

Sumber:
The Atjeh Times edisi 26 // 3-9 Desember 2012
 

Simpang Lima


Simpang Lima
Karya Deddy Firtana Iman

Dari cerobong asap
khatulistiwa kita lahir
Berlandaskan tepian kehidupan
Kebudayaan pribumi Indonesia

Jalan setapak muncul di kening
Pinggiran jalan
Pergerakan Orde Baru
Menjadi bau darah dan kematian
Ditelan rakitan reformasi

Sajian puisi hanyalah celoteh
Kain rentang di simpang lima
Yang penuh tanda tanya
"Di manakah kesejahteraan rakyat
jika bermuka dua ada di antara kita"

Lalu disirami oleh airhujan
Panasnya matahari membuat sesak
Bersama debu dan asap kapitalisme
Peradaban yang tak mau diatur
Oleh pemerintahannya sendiri

September, 2012


Sumber:
The Atjeh Times edisi 26 // 3-9 Desember 2012
 

Kota Malam


Kota Malam
Karya Deddy Firtana Iman

Rinai hujan
Membeku di antara tubuhku
Terdiam
Memandang langit
Dengan kesombongan malam
Yang melempar kemurkaannya
Kepada kami yang miskin

Dalam kekuasaan malam
Yang sepi akan kekayaannya
Sepi dimakan waktu
Terdiam terhimpit risau kota
Membinasakan keadilan

September, 2012


Sumber:
The Atjeh Times edisi 26 // 3-9 Desember 2012

Monday, 3 December 2012

Menjamah Bisik Angin


 

Puisi ini kupersembahkan kepada Deddy Firtana Iman sebagai tanda ucap selamat melahirkan Antologi Puisinya yang Perdana di akhir 2012.



MENJAMAH BISIK ANGIN
Oleh Muhammad Rain

: Deddy Firtana Iman

dari pasir putih terdengar dendang hujan
kemarau menjadi terluka meringis pergi
memuncak ke sebalik bukit seputar Lhoknga
kabar tentang sesosok penyair
yang lihai memotong kata-kata sebab ia jago pangkas

dari puncak menara Baiturrahman
kujuga mendengar tentangmu yang tercenung merenung
seperti halnya aku untuk kuping sendiri
dididik oleh khutbah tanpa Kabah Seurambi Makkah
dari azan ke azan
dari pantai ke pantai

bersamamu pula kuikut menjamah suara ramai negeri
menghembus perahu menuju putaran laut waktu
dilecut tentara badai berselempang kebohongan

sintal lidah angin itu berlipstik muka plastik
kukira demikianlah jaman
sulit kita terjemah tanpa mengental mengurus kata-kata
sebab alangkah siput mata nurani

lama negeriku tak berpuisi
terbekam dalam jeruji
menyumpal mulut kekuasaan
dengan kemerdekaan tanah subur kesusastraan.
 
Banda Aceh 3 Desember 2012

Sumber:  Muhammad Rain

Sunday, 2 December 2012

Piasan Seni


 

Piasan Seni
Karya Deddy Firtana Iman

Kemarin dan hari ini
Pertemuan tatapan mata
Merajut bayangan memutih
Mengalun suara percakapan
“Teungku, sastra tak boleh mati!”

Pada pamflet renungan malam
Bertandang airmata
Saling membasuh sajak
“Menerka Gerak-Gerik Angin”
Pun berkeliaran di meja
Ingatan Tuan dan Puan

Tidak dipaksa
Meleraikan ingatan
Selepas menyuarakan
Bacaan pengantar tidur
Sembari bersajak membangun
Kenangan malam penuh puisi

2012

Deddy Firtana Iman
,  bergiat di Komunitas Kanot Bu.

Sumber : Serambi Indonesia
Minggu, 2 Desember 2012

Sunday, 18 November 2012

Soekarno



Soekarno
Karya Deddy Firtana Iman

Singgah di Koeta Radja
Menderas bayangan ke Meureudu
“Merdeka... Merdeka...”
Di lapangan yang luas
Suara menyentuh telinga
Gema hening tersentak desahan
Panggilan jiwa menusuk kita
“Apakah Kakak tidak mempercayaiku?”
Dengan keyakinaan Soekarno
Merangkul Daud Beureueh
Di Hotel Atjeh

Hanya obrolan dingin
Blang Bintang pengantar akhir pertemuan
Presiden pertama Indonesia

Deddy Firtana Iman, kini bergiat di Komunitas Kanot Bu

Minggu, 18 November 2012

Saturday, 29 September 2012

Air Hujan








Air Hujan
Karya Deddy Firtana Iman

Pernah kau menyerukan
Keadaan tentang kemarau
Lalu diam-diam tersenyum
Tanpa menoleh ke belakang
Sembari mengejar rintik-rintik
Air hujan

Membasahi perjalananmu
Bermain bersamanya
Hingga tak tentu arah
Dan tersesat di keheningan
Malam tanpa purnama

Maka aku pun yakin
bahwa dirimu telah
Diseret oleh air bah
Di sudut persimpangan

2012

Deddy Firtana Iman, kini bergiat di Komunitas Kanot Bu