jojo jalang
cinta di balik puisi
Lembaran lama diantara sejuta puisi
Ini ada sedikit diksi tertunda ke beranda matamu
Dikala malam menjemput mimpi-mimpi indah
Menemanimu bersemayam lembaran puisiku
Ketika untaian kata bertegur sapa dengan ingatan
Beberapa ucapan kegelisahanku berserakan
Diantara lembaran putih untukmu
Ini ada sedikit puisi
Di balik sejuta daya imajinasiku
Beberapa bulan yang lalu
Dengan berat hati
Aku berkata padamu
“Cinta di balik puisi”
2010
delima de wilde sri
malam terakhir
Kunyalakan lilin hati
Hanya untuk kita
Kutuangkan anggur putih
Untukmu agar tak letih
Kusajikan hidangan untukmu
Kutuangkan minuman cintaku
Kusajikan lagu asmara
Untuk cinta nan membara
Indah betapa indahnya
Mesra malam itu kita berdua
Namun sayang seribu sayang
Cinta itu ada penghalang
Pada akhir
Kitapun harus berpisah
------------------------------------------
bing slamet telah meninggal dan penyanyi titiek puspa mengabdikannya dalam lagu yang tenar - bing, katanya, yang kini sedang saya dengar dari youtube. saya mendengar grace simon seolah melihat satu masa di mana hidup tak ada yang pasti. kini pun hidup tak ada yang pasti. kapan kapan hidup bisa direnggut oleh kematian, atau oleh kehilangan yang lain.
kapan kapan seperti itulah yang dicatatkan oleh dua penyair, yang oleh sifat kehilangannya yang kontras dengan lagu bing ini, saya lekatkan dalam satu tulisan, mencoba mengambil spirit lagu yang menjeritkan kematian dan kata yang menuliskan sebuah kehilangan.
apakah yang terjadi di puisi jojo jalang itu? jelas tak ada kematian di sana. hanya kehilangan, atau tepatnya: dua orang gagal untuk bertemu. oleh sebab apa mereka tak bisa bertemu? puisi tak mengatakannya. puisi hanya mencatat sebuah denyut hati dengan kata kata yang indah. saya kira manis. dan sifat manisnya kata ini yang membuat saya memainkan satu kemungkinan tafsir lain: lihatlah rambut sang penyair - mohak. mohak yang datang dari satu tradisi yang keras: dunia anak punk. dunia getir yang kita suka lihat di jalanan.
dunia yang bisa menggoda persepsi lain atas manusia yang tak familiar dengan gerak kita. tapi kini nyata memantul membalik ke dalam satu puisi yang romantis dengan pemakaian kata yang jauh dari dunia yang brutal.
"Lembaran lama diantara sejuta puisi
Ini ada sedikit diksi tertunda ke beranda matamu"
alangkah manis kata kata itu. manis yang pedih. manis yang sayu. ataukah lagu bing ini yang telah menghanyutkanku, membuat hati jadi melankolik? tidak juga. bing memang menyayat dan kita tersayat oleh sebuah berita kematian yang dijeritkan oleh grace simon.
sifat kata yang dimainkan penyair jojo jalang bukanlah kehilangan dalam arti kematian. hanya kehilangan saja - orang yang gagal bertemu dalam hidup nyata. tapi di sanalah ada ruang manis bernama kenangan. ruang pembayangan. sedang apa orang yang kita kenang itu kini? ah mungkin ia sedang mendengarkan musik seperti kita juga. atau mengapa tidak sedang membaca atau menulis puisi?
dari kenangan lama kita, ini ada sedikit diksi tertunda, yang kukirimkan ke berandamu, kekasih.
tapi kau di mana? sampaikah diksi yang tertunda itu kepadamu? tapi kau di mana?
kau di mana ini yang bermain main dalam novel sampar albert camus, saat grand yang malang mengenang kekasihnya yang telah pergi pada suatu hari natal. natal yang bahagia bagi semua orang. tapi tidak bagi grand dan penduduk kota oran yang lagi terkena bencana.
grand yang tua seakan hendak memeluk kaca yang menjual pohon natal. ia mengenang kekasihnya jeane yang kini entah di mana. kau di mana jeane. adakah kau baik di sana? aku di sini mengenangmu. aku tak bahagia kau pergi. tapi aku tak bahagia juga kita bersama lagi.
kenangan yang membuat manusia hidup. kenanganan yang memaksa penyair mohak jojo jalang mengirimkan satu kata yang indah kepada seseorang di sana:
ini ada sedikit kata yang tersisa, kukirimkan ke beranda matamu kekasihku.
*
"ini ada sedikit puisi
di balik sejuta daya imajinasiku"
puisi ini terus menunda kesimpulan apa yang terjadi di antara dua orang di sana. dua kata kunci yang dimainkannya hanya menunjukkan suasana kerinduan. suasana solitaire dirinya sendiri. sedang apa yang terjadi dia tak pernah mengatakannya. mengapa sejuta daya imajinasinya tak dikayuh ke dalam kenyataan tak pula datang melambai kepada kita untuk kita pahami. jadi puisi mengayunkan dirinya ke dalam dunia kenangan semata. hanya ingatan pada seseorang di sana. ingatan yang terkunci dalam larik pada baris kata di akhir puisi.
"beberapa bulan yang lalu
aku berkata padamu
cinta di balik puisi", katanya.
mengapa kata itu tak diucapkannya di beberapa bulan kemudian, sang penyair tak membukanya kepada kita pembaca. dia hanya meminta kita mengamati permainan kata katanya yang penuh melankoli hati itu.
"Beberapa ucapan kegelisahanku berserakan
Diantara lembaran putih untukmu"
kegelisahan apa yang ditoreh di lembaran putih dari hidup yang hendak baik itu, kita hanya bisa menduga duga saja.
hal yang sama terjadi dengan penyair delima de wilde sri, saat ia aku lirik begitu imajinatif datang pada kita dengan lilin di tangan, lilin yang ia letakkan di meja kenangannya yang terakhir, dan kita pembaca dimintanya untuk datang dengan lilin di meja kenangannya semacam itu.
"kunyalakan lilin hati
hanya untuk kita"
katanya.
dan seperti yang terjadi pada penyair jojo, delima pun tak menghadirkan tokoh puisinya pada meja kenangan di malam terakhir itu. lilin, santapan malam, juga anggur di sana, hanya ada dalam benak sang aku lirik dalam puisi. bukan sebagai fakta di meja makan di malam terakhir. perjamuan itu hanya ada dalam kayalan sang penyair. tapi kita diminta untuk mengikuti kenangannya. kita sendiri yang menghadirkan meja dari kenangan terakhir di malam terakhir puisi delima de wilde sri.
semua hanya terjadi dalam kenangan.
oleh sifat kehadiran hayal seperti itu, saya kira dunia bahasa datang pada kita dengan empasan emosi yang penuh. bahwa penyair menghadirkan kenyataan. tapi kenyataan yang hadir hanya kanyataan kenangan. maka terjadilah kenangan di balik kenangan. fiksi di dalam fiksi. semua tak nyata dan semua bisa didorong ke dalam benak manusia. kita pun masuk pada dunia ingatan kita sendiri. dunia kenangan dari masa yang mungkin jauh mungkin dekat dalam dunia nyata kita sendiri.
kenangan demi kenangan telah terjadi dan telah berlalu dalam hidup manusia. hidup dalam alam nyata dan hidup dalam hayal yang dihadirkan ke dalam bahasa.
dan tetap: apa yang terjadi di sana kita tak pernah tahu: mengapa sang aku lirik dalam puisi tak jadi bersatu dengan kekasihnya?
cinta kita ada penghalang, katanya. tapi penghalangnya apa? segeralah kita masuk kepada ingatan kita sendiri. kepada fakta hidup kita sendiri. bahwa apapun bisa terjadi. bahwa sebagian semua memang telah terjadi.
dunia bahasa yang universal itu kini masuk ke daerah subjektif dari tiap manusia. kita boleh bermain main mengisi apa penghalang yang diayunkan oleh penyair delima, ke dalam kasus hidup kita sendiri, atau hidup orang yang kita kenal dalam kenyataan.
"indah betapa indahnya
Mesra malam itu kita berdua
Namun sayang seribu sayang
Cinta itu ada penghalang
Pada akhir
Kitapun harus berpisah "
ya sudahlah delima dan jojo mohak jalang, kalau kalian tak mau membuka kenangan subjektif kalian kepada kami pembaca. biarlah kita sama sama memasuki dunia batin kita sendiri. mengisinya dengan kenangan pahit dan gembira dari hidup kita masing masing.
ya sudahlah. seperti kata penyanyi emilia contessa: hidup memang hampa, jojo, delima, dan embun azza.
tapi hampa yang indah.
hampa yang bahagia.
huhi
Sumber: Jurnal Sastratuhan Hudan
................................
No comments:
Post a Comment