Thursday, 2 January 2014
Kalender Ingatan dan Pemilu
Orang lain selain aku tidak akan mengunyah kata-kata selain percakapan hambar. Sebut saja mie instan, tinggal kau seduh air panas lalu hidangkan sesuka hati tanpa menutup hidung kalau-kalau disengat bumbu penyedap rasa. Bercabang tiga, ususmu akan saling bertanya untuk mengenal lampu merah dan tanda-tanda rambu lalu lintas yang segera menutupi kegagalan untuk berhenti. Hanya kegagalanlah sebagai pernyataan bahwa pintu rumahku telah kuketuk bersama kehadiran kupu-kupu di kursi halaman rumahmu.
Kalender di kamarku telah banyak menyimpan rumus-rumus jamuan makan malam. Tentang pemilu yang kau anggap daftar hadir. Menyatakan kita masih dianggap manusia.
"Maaf, jika membuatmu bersandar sambil melukiskan sepasang merpati tua yang bertengger di dahan pohon mangga." Teguran halus, bahwa aku siap untuk pergi jauh. Menyelinap masuk ke lorong ingatanmu.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment