kata yang tepat untuk menggambarkan hati riang ini kali adalah berpuisi. berpuisi dengan bahasa-bahasa pasaran. berpuisilah! mungkin tentang magrib yang gagal direnggut penyair jalanan. atau tentang pasar kumuh yang pernah mendominasi pikiran kita saat nilai alat tukar anjlok, gara-gara presiden di negerimu menaikkan BBM. Puisi adalah got peradaban. tempat sentimentasi kita layarkan. tempat sebagian orang kehilangan kemerdekaannya karena terlalu memaksakan diri demi mencapai 'orgasme artistik' (ingat! ini kata bombastik yang paling sering kita gunakan untuk menggambarkan diri nyeleneh).
kemarin, saat engkau masih jadi jagoan kampus dan kantin itu menjadi tempat terindah meludah otoritas Universitas, dunia memandangmu dengan sinisme ala feodal. dunia memang ribet beradaptasi dengan tukang jalan kaki macam kau. situkang pangkas yang tau benar sifat kemayu remaja-remaja yang ingin terlihat seperti idola mereka di televisi. faham sekali dengan street punk ikut-ikutan. semua itu adalah pelajaran berbahasa paling realis.
makna hidup ada di tempat kita mencetak rupiah, Brojoe! kuliah atau tidak, kita tetap akan dilontarkan ke sana. ke hiruk pikuk abang becak, denting gelas di warung kopi saat tukang cuci bekerja hingga ke pasar ikan Peunayong dengan bau amisnya yang romantis. semuanya akan berteduh di tempat terindah. tempat mereka dihargai dengan lembaran-lembaran uang. uang hanyalah bahasa sederhana yang kadangkala sanggup 'me-wassalamu-kan' puisi-puisi penyair kita.
ah..payah benar hanya untuk mengucapkan selamat atas gelar kesarjanaanmu yang paling membahagiakan itu. semoga ilmu itu dapat dibagi-bagi, dan mengajak orang ke jalan benar. selamat menempuh gelar! meskipun dalam kegalauan sosial dewasa ini, secarik kertas itu tak seberharga zaman ayah-ibu kita dahulu.
wassalam.
26062013. Banda Aceh.
No comments:
Post a Comment