Beranda Judul

Tuesday, 10 February 2009

Parade Puisi Mahasiswa di Tiga Kampus



GULITA YANG BERGANTI

Muhammad Haekal


Dan semua tanpa warna…

Semu malam gulita…

Bersemilir angin tak berkala…

Aku mewajah gerah…

Tanpa usang semua terbang…

Dengan debu melekat hampa…

Kutawar berada pagi…

Yang biasa bermatahari tanpa bintang abadi…


Dan semua memberkas kilaunya…

Petang yang datang…hilang…

Kesempurnaan awan yang menghujan…

Malam yang mengembun…menantang…

Tanpa selimut aku duduk di haluan…

Berteman angin meyakin Tuhan…


Dan semua sejalan berpaling…

Tak mampu kulupakan dengan sekepul asap…

Tak mampu hilang dengan secangkir panas hitam…


Dan kusapa jenuh sang bulan pagi…

Yang sebentar lagi tergantikan oleh matahari…

Sang cahaya yang terkadang menepi namun memberi…

Berkias alam menebar wangi…

Tempat ombak biru yang tak pernah kudaki…

Ruang kenyataan tanpa palung hati…

Sebuah hiasan terbaik yang kumiliki di semua dimensi hari…

(19 november 2008)


MAHASISWA?

Muhammad Haekal

Hanya itukah ilmu mu?

Belajar untuk melempar batu…

Di tengah jembatan kau adu uratmu…

Sesama saudara membunuh tanpa malu…

Hanya itukah ilmu mu?

Meneriakkan kata setia dengan jiwa…

Namun melepasnya dalam sekejap mata…

Dan lihatlah pendahulumu di ’98…

Mereka berdarah….berkorban…

Tumbangkan rezim tegakkan reformasi…

Dan lihat dirimu…

Yang darahnya tertumpah sia-sia..

Tanpa guna suatu apa..hanya derita dan jerit tanpa nyawa…

Hai kau di sana!!!!!

Masihkah kau mengaku mahasiswa?!

(25 November 2008)

*refleksi tawuran antar-mahasiswa yang sering terjadi belakangan ini



SEBUAH PINTA

Nurhikmah


Maaf

Bila kalimatku

Bila sikapku

Bila candaku

Telah mengotori taman hatimu


Taman yang kutahu dan kudengar keindahannya

Taman yang diagungkan orang keperawanannya

Namun kini…

Seakan ku tak percaya

Sebab aku ia ternoda?


Maaf

Aku akan pergi saja

Agar kau lupa

Agar tamanmu kembali seperti sediakala


(Taman hatiku. Minggu/ 19 oktober 08)


LELAH

Nurhikmah


Pada siapa harus kumengadu

Tentang hilangnya mutiara di dasar hatiku

Tersisa hanya noda kelam dan menyesatkan

Menambah gelapnya sisi hidupku

Aku lelah

Ingin rasanya aku menghilang

Jauh dari smua makhluk Tuhan

Kehampaaan menjadi teman

Ketakutan jadi hiasan

Aku berada disimpang jalan

Tak tahu kemana harus menyebrang

Mencari mutiara yang telah hilang


Aku hilang

Terbang melayang

Terhenti

Ditempat yang tak kukenali

Dan mutiaraku tak kutemui.


(Alam maya/ November 2008)



AIR DANAU

Deddy Firtana Iman


Luasan genangan alas

air dalam kolam

Setipis sulaman

Mengikat talam dalam

genangan daun


menyemakkan danau

melukiskan kuncupan daun


Air berarak kacau

Danau yang tersudutkan

oleh perantau

menangis pilu lupakan kehidupan


Terseret oleh arus yang kacau

Menepis cemaran air danau


(2008)




LUKA KECILKU

Deddy Firtana Iman


Waktuku berdosa di masa lalu

Tak mengenal arti Tuhan

Masa muda terabaikan

Peradaban luka kecilku


Kosong melompong pikiran batinku

Hanya ucapan terasa-rasa kalbu

Kamarku mulai berhantu

Tentang kisah para pengikut suku


Pisau di tangan pembunuh berdarah

Tak tersentuh pertaubatan

Matipun takut aku rasakan


Telah bersusah payah aku berbaik hati

Cuma rasa kasihan mati

Itupun sehari semalam

Impian luka yang tenggelam


20-07-2008


Muhammad Haekal, mahasiswa IAIN Ar-Raniry

Nurhikmah, mahasiswa Almuslim Peusangan

Deddy Firtana Iman, mahasiswa FKIP Unsyiah

*Dimuat di koran lokal "Harian Aceh"
Minggu 14 Desember 2008

No comments: