GULITA YANG BERGANTI
Muhammad Haekal
Dan semua tanpa warna…
Semu malam gulita…
Bersemilir angin tak berkala…
Aku mewajah gerah…
Tanpa usang semua terbang…
Dengan debu melekat hampa…
Kutawar berada pagi…
Yang biasa bermatahari tanpa bintang abadi…
Dan semua memberkas kilaunya…
Petang yang datang…hilang…
Kesempurnaan awan yang menghujan…
Malam yang mengembun…menantang…
Tanpa selimut aku duduk di haluan…
Berteman angin meyakin Tuhan…
Dan semua sejalan berpaling…
Tak mampu kulupakan dengan sekepul asap…
Tak mampu hilang dengan secangkir panas hitam…
Dan kusapa jenuh sang bulan pagi…
Yang sebentar lagi tergantikan oleh matahari…
Sang cahaya yang terkadang menepi namun memberi…
Berkias alam menebar wangi…
Tempat ombak biru yang tak pernah kudaki…
Ruang kenyataan tanpa palung hati…
Sebuah hiasan terbaik yang kumiliki di semua dimensi hari…
(19 november 2008)
MAHASISWA?
Muhammad Haekal
Hanya itukah ilmu mu?
Belajar untuk melempar batu…
Di tengah jembatan kau adu uratmu…
Sesama saudara membunuh tanpa malu…
Hanya itukah ilmu mu?
Meneriakkan kata setia dengan jiwa…
Namun melepasnya dalam sekejap mata…
Dan lihatlah pendahulumu di ’98…
Mereka berdarah….berkorban…
Tumbangkan rezim tegakkan reformasi…
Dan lihat dirimu…
Yang darahnya tertumpah sia-sia..
Tanpa guna suatu apa..hanya derita dan jerit tanpa nyawa…
Hai kau di sana!!!!!
Masihkah kau mengaku mahasiswa?!
(25 November 2008)
*refleksi tawuran antar-mahasiswa yang sering terjadi belakangan ini
SEBUAH PINTA
Nurhikmah
Maaf
Bila kalimatku
Bila sikapku
Bila candaku
Telah mengotori taman hatimu
Taman yang kutahu dan kudengar keindahannya
Taman yang diagungkan orang keperawanannya
Namun kini…
Seakan ku tak percaya
Sebab aku ia ternoda?
Maaf
Aku akan pergi saja
Agar kau lupa
Agar tamanmu kembali seperti sediakala
(Taman hatiku. Minggu/ 19 oktober 08)
LELAH
Nurhikmah
Pada siapa harus kumengadu
Tentang hilangnya mutiara di dasar hatiku
Tersisa hanya noda kelam dan menyesatkan
Menambah gelapnya sisi hidupku
Aku lelah
Ingin rasanya aku menghilang
Jauh dari smua makhluk Tuhan
Kehampaaan menjadi teman
Ketakutan jadi hiasan
Aku berada disimpang jalan
Tak tahu kemana harus menyebrang
Mencari mutiara yang telah hilang
Aku hilang
Terbang melayang
Terhenti
Ditempat yang tak kukenali
Dan mutiaraku tak kutemui.
(Alam maya/ November 2008)
AIR DANAU
Deddy Firtana Iman
Luasan genangan alas
air dalam kolam
Setipis sulaman
Mengikat talam dalam
genangan daun
menyemakkan danau
melukiskan kuncupan daun
Air berarak kacau
Danau yang tersudutkan
oleh perantau
menangis pilu lupakan kehidupan
Terseret oleh arus yang kacau
Menepis cemaran air danau
(2008)
LUKA KECILKU
Deddy Firtana Iman
Waktuku berdosa di masa lalu
Tak mengenal arti Tuhan
Masa muda terabaikan
Peradaban luka kecilku
Kosong melompong pikiran batinku
Hanya ucapan terasa-rasa kalbu
Kamarku mulai berhantu
Tentang kisah para pengikut suku
Pisau di tangan pembunuh berdarah
Tak tersentuh pertaubatan
Matipun takut aku rasakan
Telah bersusah payah aku berbaik hati
Cuma rasa kasihan mati
Itupun sehari semalam
Impian luka yang tenggelam
20-07-2008
Muhammad Haekal, mahasiswa IAIN Ar-Raniry
Nurhikmah, mahasiswa Almuslim Peusangan
Deddy Firtana Iman, mahasiswa FKIP Unsyiah
*Dimuat di koran lokal "Harian Aceh"
Minggu 14 Desember 2008
No comments:
Post a Comment